Derek NU, Nunut Urip Yo Nunut Urunan (Ikut NU, Ikut Hidup, Ya Ikut Iuran)
Nurul Azizah – Minggu, awal Juni 2023 merupakan hari libur yang banyak kegiatan bagi ibu rumah tangga. Mulai dari bersih-bersih rumah, cuci baju, nyetrika baju, memasak dan kegiatan lainnya. Tapi di hari Minggu 4 Juni ada undangan dari Ketua Pimpinan Anak Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama (PACFNU) Kecamatan Tembalang Semarang Sahabat Aniqotunnafi’ah, S.Pd, M.Ak dengan acara halal bi halal dan kajian rutin Ahad pagi.
Rasanya eman sekali kalau tidak datang di acara tersebut. Acara di mulai jam 08.00 WIB sampai selesai di Masjid NU Sambiroto Tembalang.
Sambil menunggu sahabat-sahabat Fatayat dari berbagai pengurus ranting hadir, acara diisi dengan Maulidul Dhiba dan Asrokol. Istiqosah, yasinan dan tahlilan, yang dipimpin oleh sahabat-sahabat Fatayat yang sudah ditunjuk.
Setelah tahlil selesai baru dimulai acara resminya. Yaitu dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Mars Fatayat NU dan Ya Lal Wathon. Acara selanjutnya sambutan dari ketua PACFNU sahabat Aniqotunnafi’ah sekaligus pembinaan kader-kader Fatayat di lingkungan Kecamatan Tembalang.
Selanjutnya acara inti, mauidhoh hasanah oleh Gus Muhammad Nurul Huda pimpinan Pesantren Santri ndalan (Sandal) yang beralamat di Jl. Pleburan Semarang. Penulis walau orang Semarang, tapi baru denger ada Pesantren Sandal, yaitu sebuah pesantren unik dengan santri remaja dari berbagai latar belakang. Pesantren ini dikatakan unik karena syiar agama dilakukan berpindah-pindah tempat dari taman-taman hingga pos kamling di pemukiman warga.
Pada saat Gus Huda (panggilan akrabnya) masuk bergabung dengan ibu-ibu Fatayat, penulis kaget juga. Diantara para ibu-ibu muda, beliau laki-laki sendiri. Eh penulis salah melihat, ternyata ada satu lagi laki-laki yaitu fotografernya.
Waduh, ini kiai mudanya NU tulen, batin penulis. Memakai jaket Ansor NU berwarna hijau sedikit jenggot dan agak grondong. Walau berbadan kecil tapi suaranya menggelegar, ibu-ibu sampai terkesima. Pandai menyampaikan materi dakwah dan pinter mengambil hati ibu-ibu muda yang rawuh pada acara ini, apalagi acara diawali dengan pantun.
Awalnya Gus Huda bertanya ke jamaah, “acara apa bu.” “Halal bi halal dan pengajian rutin,” sahut ibu-ibu Fatayat.
“Syawal sudah habis kok nekad mengadakan halal bi halal,” yang nyuruh siapa. “Bu Nyai Aniqoh,” sahut jamaah.
“Sampean semua ahlul bid’ah,” siapa yang nyuruh halal bi halal. Zamane Kanjeng Nabi tidak ada. Itulah guyon yang disampaikan oleh Gus Huda.
Halal bi halal itu ibadah muamalah atau ghairu mahdhoh. Ibadah itu ada mahdhoh dan ghairu mahdhoh (muamalah). Yang mahdhoh contohnya sholat, puasa, berhaji dan lain-lain, yang diatur dalam Al-Quran dan Al Hadis.
Sedangkan ghairu mahdhoh atau muamalah (ibadah umum) merupakan segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah swt. Ibadah ini dilakukan antar sesama manusia. Saling maaf memaafkan, tidak ada larangan dan bersifat rasional.
Contoh ibadah muamalah lainnya adalah silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah, mencari ilmu, bekerja, mengaji, berorganisasi dan kegiatan lain yang bermanfaat.
Orang NU biasa melakukan ibadah ghoiru mahdhoh atau muamalah.
“NU niku nopo?” “Nahdlotul Ulama,” sahut ibu-ibu Fatayat. Benar bu organisasi NU yang didirikan oleh simbah KH. Hasyim Asyari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Kalau kita ikut NU berarti ikut mencari berkahnya para kiai dan alim ulama.
“Bisa jadi kita Nunut Urip njeh bu,” sahut gus Huda dengan bercanda. Urip seng dhi ijabahi di doakan oleh poro alim ulama dan poro guru.
NU itu bukan Nunut Urip (numpang hidup), NU bukan tempat bergantung, melainkan lembaga sosial keagamaan yang menekankan pengabdian kepada Allah swt dan masyarakat.
Jangan sampai kita sebagai kader NU baik sebagai anggota atau pengurus yang hanya mencari untung dengan ber-NU.
Kalau bisa kita ber-NU yaitu Nunut Urunan (beramal) untuk membiayai kegiatan-kegiatan NU yang ada di lingkungan kita.
“Tadi ikut iuran sedikit ikhlas, atau banyak tidak ikhlas,” kata Gus Huda. Sedikit tapi ikhlas. Salah bu, kalau bisa iuran yang banyak walau tidak ikhlas. Katanya sambil bercanda, dan disambut tawa ibu-ibu muda Fatayat.
“Kapan NU bisa maju, kalau iuran anggotanya sedikit, kalau yang sedekah yang banyak bu, biar kegiatannya lebih maju dan banyak modal. Insya Allah semua sedekah ibu-ibu dibalas oleh Allah swt dengan rejeki yang banyak dan berlimpah dan ibu-ibu selalu diberi kesehatan.”
Nurul Azizah, penulis buku : Muslimat NU Di Sarang Wahabi dan Muslimat NU Militan Untuk NKRI.